Kamis, 09 April 2015



Pengalaman Di STIkes BINA Husa



Menjadi mahasiswi mungkin adalah impian saya  apa lagi masuk dengan fakultas kebidanan  sesuai dengan apa yang saya cita-citakan. dari dulu dan saya pun sedang menjalani itu dengan saya masuk di suatu perguruan tinggi yaitu STIkes Bina Husada Tengerang yang bertempat dijalan prempatan doyok kecamatan bencongan, kabupaten tengerang.  mungkin saya adalah salah satu orang yang beruntung bisa masuk keperguruan tinggi ini karena awal pertama saya masuk pada tanggal 16 Agustus 2013, saya betemu dengan banyak teman yang baik-baik sekali sampai sekarang pun saya merasakannya. Sesuatu kekeluargaan dalam kelasnya  dengan kita sering makan bersama, jalan-jalan bersama,  mengerjakan tugas bersama, sampai ikut seminar kemana pun kita bersama sekelas. Tampa membeda-bedakan mana yang pintar,mana yang kaya. Semua tetap sama, dan tak lupa juga dengan para  dosennya yang senantiasa memberikan suatu ilmu pengetahuan kepada kami yang sangat bermanfaat buat kami semua,
Terimakasih bapak ibu

Senin, 23 Maret 2015


TAHAP III
KELUARGA DENGAN ANAK PRASEKOLAH

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan berbeda (Duvall & Milter, 1985).
Kehidupan keluarga selama tahap ini menjadi sibuk dan menuntut bagi orang tua. Bagi orang tua yang memiliki tuntutan besar terhadap waktu mereka, mungkin ibu juga bekerja, baik paruh waktu atau penuh waktu. Meskipun demikian, menyadari bahwa orang tua adalah “arsitek keluarga”, yang merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga (Satir, 1983), penting bagi mereka untuk menguatkan hubungan mereka-singkatnya, menjaga pernikahan tetap hidup baik. Hal ini sering menjadi masalah selama tahap kehidupan keluarga tertentu (Olson et al., 1983)
Anak prasekolah banyak belajar pada tahap ini, terutama diarea kemandirian. Mereka harus mencapai otonomi dan kemandirian yang cukup agar mampu menangani diri mereka sendiri tanpa orang tua diberbagai tempat. Pengalaman di taman kanak-kanak, Project Head Start, pusat penitipan anak, dan program serupa lainnya adalah cara yang baik untuk membantu tipe perkembangan ini. Program prasekolah terstruktur terutama berguna untuk membantu orang di pusat kota yang tinggal dikomunitas dengan pendapatan yang rendah dan memiliki anak prasekolah. Meskipun banyak penelitian menunjukan keuntungan asuhan anak yang berkualitas dan program prasekolah seperti Head Start, akses ke program ini biasanya sulit atau tidak terdapat pada keluarga miskin yang bekerja. Memperoleh pengelolaan asuhan anak yang adekuat adalah perhatian utama bagi orang tua (Kelleher, 1996). Pusat penitipan bayi dan anak prasekolah yang dapat diperoleh dan yang memiliki anak remaja terutama adalah orang yangn memerlukan program dan fasilitas pelayanan kesehatan anak yang lebih baik (Adams & Adams, 1990).
     Banyak keluarga dengan orang tua tunggal berada di tahap siklus kehidupan tertentu ini. Ahli demografi saat ini memperkirakan bahwa lebih dari setengah anak yang lahir di tahun 1990-an akan meluangkan sedikitnya sebagian dari masa kanak- kanak mereka dirumah dengan orang tua tunggal (Kantrowits & wingert, 2001). Di antara keluarga dengan orang tua tunggal tekanan peran menjadi orang tua dari prasekolah, dan peran lainnya menjadi lebih baik.

1. Tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengeksplorasi dunia disekitar mereka, dan kebutuhan orangbtua privasi diri. Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak – anak, karena alasan itu moralitas dan sabilitas pada tahap ini sebagian besar terjadi karena cedera. Mengkaji rumah tentang adanya bahaya keselamatan merupakan hal yang penting bagi perawat kesehatan komunitas, dan pendidikan kesehatan kemudian harus dimasuk sehingga orang tua dan mengenali kemungkinan risiko dan mencegah cedera.
Suami-ayah umumnya lebih banyak terlibat dalam tanggung jawab rumah tangga selama tahap perkembangan keluarga ini dibandingkan selama tahap – tahap yang lain, dengan presentasi terbesar pada tahap ini dihabiskan pada aktivitas pengasuhan anak. Walauipun bukti dicampur, beberapa penelitian menyatakan bahwa kontak ayah dan anak memiliki efek menguntungkan pada anak termasuk nilai psikososial yang lebih tinggi, harga diri lebih besar, masalah perilaku lebih sedikit, pencapian akademik lebih tinggi, dan hubungan dengan teman sebaya yang lebih baik ( Amato & Rezac, 1994: Healy, Malley, & Stewart, 1990: Hetheringion, 1993; Lund, 1987; Peterson & Zill, 1986)
Berolak belakang dengan harapan , penelitian telah menunjukkan bahwa kedatangan anak kedua ke dalam keluarga memiliki efek yang lebih buruk pada hubungan pernikahan dari pada kedatangan anak pertama (La  Rossa & La Rossa, 1981). Ketertiban dalam pola orang tua cenderung membuat pelaksanaan peran pernikahan menjadi lebih sulit, seperti diperlihatkan oleh pemantauan penelitian klinis berikut: pasangan perubahan kepribadian yang lebih negative pada satu sama lain; mereka kurang puas dengan rumah mereka; interaksi berorientasi tugas lebih banyak dan lebih sedikit percakapan personal serta percakapan yang berpusat pada anak; lebih banyak ke ditujukan pada anak dan lebih sedikit kehangatan yang diberikan kepada masing – masing pasangan; dan lebih sedikit tingkat kepuasan seksual (Feldman 1971). Penggabungan observasi klinis ini adalah mitos bahwa lebih banyak ayah yang meluangkan waktu dirumah dan mengurangi waktu bekerja. Kaufan & Uhlenberg (2000) melaporkan bahwa perbedaan gender dalam pengaruh menjadi orang tua pada pelaksanaan tugas terus – menerus ada. Suami yang memiliki anak terbukti lebih sering bekerja dan melaksanakan pekerjaan lebih banyak dibandingkan suami yang tidak memilik anak. Selain itu, istri memiliki anak- anak melanjutkan pekerjaannya dengan waktu yang lebih sedikit dibandingkan wanita tanpa anak dan dibandingkan ayah-suami di rumah.
Feldman menegenali dengan baik laporan dan observasi paraiel penelitian pada konselor kelurga bahwa hubungan pernikahan lebih sering mengalami masalah pada fase kehidupan kelurga ini. Pada kenyataanya, banyak perceraian terjadi dalam tahun – tahun ini akibat kelemahan dan kean pernikahan. Privasi dan waktu bersama adalah kebutuhan yang utama. Konseling pernikahan dan kelompok pertemuan pernikahan telah menjadi sumber penting diantara kelas menengah. Akan tetapi bagi keluarga tanpa sumber ekonomi, bantuan yang terbatas tersedia untuk menguatkan pernikahan yang mampu diselamatkan. Terdapat kecenderungan bagi seorang ahli agama untuk dilatih menjadi konselor pernikahan dan keluarga serta memberikan konseling kepada pasangan yang tidak mampu membayar tetapi dari konselor swasta.
Tugas utama keluarga adalah menyosialisasikan anak. Anak prasekolah mengembangkan sikap diri yang kritis (konsep diri) dan dengan cepat belajar untuk mengekspresikan diri mereka sendiri, sebagaimana yang terlihat dalam penangkapan berbahasa mereka yang cepat. Peran yang lebih dewasa didapat oleh anak prasekolah, yang secara bertahap memikul tanggung jawab lebih dalam perawatan diri mereka sendiri, dan membantu ibu atau ayah dengan tugas rumah tangga. Yang penting, bukan masalah produktivitas anak, tetapi pembelajaran yang terjadi.
Tugas lain selama periode ini adalah berhadapan dengan cara bagaimana mengintegrasikan anggota keluarga baru (anak kedua atau ketiga) ke dalam keluarga, sementara keluarga tersebut tetap memenuhi kebutuhan anak yang lebih tua. Pergeseran seorang anak oleh bayi baru lahir secara psikologis adalah peristiwa yang sangat traumatis. Persiapan anak menghadapi kedatangan bayi baru lahir membantu memperbaiki situasi, terutama jika orang tua sensitif dengan perasaan dan perilaku anak yang lebih tua. Persaingan sibling sering diekspresikan dengan memukul atau memperlakukan bayi baru lahir secara negatif, berperilaku regresif, dan aktivitas yang mencari perhatian. Cara terbaik untuk menghadapi persaingan sibling bagi orang tua adalah meluangkan sejumlah waktu tertentu setiap hari secara ekslusif untuk berhubungan dengan anak yang lebih tua guna memberikan mereka kepastian bahwa ia tetap disayang dan diinginkan.
Pada saat anak masuk prasekolah. Orang tua memasuki tahap keyiga yaitu menjadi orang tua, salah satunya adalah belajar untuk berpisah dari anak pada saat mereka berlatih di pusat penitipan atau taman kanak – kanak. Tahap ini berlanjut selama prasekolah dan tahun – tahun masa sekolah awal. Perpisahan sering sekali dirasa sulit bagi orang tua, dn mereka perlu dukungan dan penjelasan tentang nagaimana anak prasekolah menguasai tugas perkembangan yang ikut berperan dalam pertumnbuhan otonomi anak.
Perpisahan orang tua juga sulitbagi anak prasekolah. Perpisahan dapat terjadi karena orang tua pergi bekerja, ke rumah sakit, atau berekreasi atau jalan – jalan. Persiapan keluarga untuk perpisahan sangat penting dalam membantu anak – anak mentyesuaikan diri terhadap perubahan.
Membantu orang tua untuk memperoleh layana keluarga berencana setelah kehadiran bayi yng baru lahir, atau untuk melanjutkan kontrasepsi jika kehamilan tidak direncanakan, juga diindikasikan. Hal tersebut, misalnya, bukan merupakan hal yang jarang bagi wanita untuk berhenti untuk menggunakan kontrasepsi karena tidak munculnya periode menstruasi dengan keyakinan bahwa ia hamil, hanya untuk mengetahui bahwa pada akhirnya ia hamil akibat hubungan seksual selama ini mengira bahwa ia hamil san tidak menggunakan kontrasepsi.
Kedua orang tua perlu melakukan hobi di luar rumah dan kontak untuk memperbarui diri mereka diri sendri guna melanjutkan tugas dan tanggung jawab rumah tangga yang bertumpuk. Orang tua tunggal dan miskin sering kali tidak memiliki kesempatan ini. Kelurga ini biasanya memiliki hubungan kepuasan yang minimal dengan komunitas luas karena posisi mereka yang mengasingkan diri dan sumber yang tersedia untuk mereka.

2. Perhatian Kesehatan
Masalah kesehatan fisik yang utama adalah seringnya penyakit menular dialami oleh anak dan umumnya cedera akibat jatuh, luka bakar, keracunan. Dan cedera lain yang terjadi selama masa prasekolah. Karena kurangnya ketahan spesifikterhadap banyak bakteri dan enyakit akibat virus serta meserta meningkatnya pajama terhadap bakteri dan virus. Anak prasekolah sering kali sakit pertamanya sembuh. Penyakit sering kali merupakan penyakit yang “hilang – timbul” di dalam keluarga. Seringnya kunjungan ke dokter, merawat anak sakit, dan pulang kerumah dari tempat kerja untuk membawa anak yang sakit dari taman kanak – kanak adalah krisis mingguan yang sering terjadi. Dengan demikian, kontak anak dengan yang infeksi dan penyakit menular serta kerentanan mereka yang umum terhadap penyakit adalah perhatian kesehatan yang utama (shelov, 1991)
Cedera, terjatuh, luk bakar, dan laserasi sangat sering terjadi. Cedera ini tampaknya bahkan lebih sering jika keluarga adalah keluarga besar, keluarga dengan pengasuh dewasa yang tidak ada dirumah karena bekerja ( anak yang kurang mendapat pengawasan orang dewasa), dan keluarga yang memiliki pendapatan rendah. Keamanan linhkungan dan supervisi anak yang adekuat adalah cara untuk mengurangi cedera (shelov, 1991)    
Perhatian utama tentang kesehatan psikososial keluaraga adalah hubungan pernikahan. Penelitian membuktikan adanya penurunan atau kehilangan kepuasan yang dialami oleh banyak pasangan selama  masa ini dan kebutuhan untuk bekerja guna memperkuat dan menyegarkan kembali unit vital ini (olson et al, 19983). Perhatian kesehatan yan penting lainnya adalah persaingan sibling, keluarga berencana, kebutuhan tumbuh kembang anak, masalah orang tua sperti menetapkan keterbatasan (pendisiplinan), penganiayaan dan pengabaian anak, keamanan rumah, dan masalah komunikasi keluarga.
Strategi promosi kesehatan umum terus berlanjut dan berhungan erat selama tahap ini, Karena prilaku gaya hidup yang dipelajari selama masa kanak – kanak dapat memiliki konsekuensi jangka pendek dan panjang. Pendidikan kesehatan keluarga diarahkan pada pencegahan masalah kesehatan utama akibat merokok, penyalahgunaan alcohol dan obat-obatan, seksualitas manusia, keamanan, diet dan nutrisi. “Tujuan utama bagi perawat yang bekerja dengan anak dan keluarga adalah membantu mereka dalam menetapkan gaya hidup sehat dan dalam memfasilitasi pertumbuhan fisik, intelektual,, emosional, dan sosial anak yang optimal”. (Wilson, 988).

Tahap III Siklus Kehidupan Keluarga Inti Dengan Orang Tua:    Keluarga Dengan Anak Prasekolah
1. TUGAS PERKEMBANGAN
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan yang memadai
b. Menyosialsasikan anak
c. Mengintegrasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain
d. Mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga (hubungan pernikahan dan hubungan orang tua anak) dan di luar keluarga (hubungan dengan keluarga besar dan komunikasi)
2. PERHATIAN PELAYANAN KESEHATAN
(1) Penyakit menular pada anak- anak
(2) Pencegahan kecelakaan dan keamanan rumah (jatuh, luka bakar, keracunan)
(3) Hubungan pernikahan
(4) Hubungan sibling
(5) Keluarga berencana
(6) Kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan isu- isu tentang hal menjadi orang tua
(7) Penganiayaan dan pengabaian anak
(8) Praktik kesehatan yang bai (tidur, nutrisi, olahraga)